黑料不打烊

PIEP Melangitkan Asa untuk Masa Depan Inklusif

BOGOR, JAWA BARAT — Irna Ginawati memandangi putranya, Daffa, yang tengah bersiap mengikuti kelas tari di Hari Pendidikan Nasional, Jumat, 2 Mei 2025. Bagi Irna, hari itu bukan sekadar peringatan seremonial, melainkan momentum refleksi atas perjuangannya memperjuangkan hak pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

Daffa, 22 tahun, memiliki kondisi keterlambatan intelektual yang membuat pola pikirnya setara dengan anak usia sembilan tahun. Namun semangat belajarnya tak kalah dengan anak-anak lainnya. “Saya tahu Daffa berbeda sejak kecil. Tapi kekhawatiran saya bukan hanya pada kondisinya, melainkan apakah dunia pendidikan siap menerima anak seperti Daffa,” ujar Irna.

Tantangan Irna tidak ringan. Sekolah umum belum sepenuhnya inklusif, sementara sekolah khusus kerap menuntut biaya tinggi dan sumber daya terbatas. Irna tak menyerah. Ia mencari jalur pendidikan non-formal, seperti kelas tari dan modeling, agar Daffa tetap bisa belajar dan mengekspresikan diri.

“Pendidikan bukan hanya soal nilai. Ketika Daffa bisa tersenyum dan percaya diri, itulah keberhasilan sejati,” katanya.

Harapan Irna tumbuh saat bertemu komunitas dan program inklusi yang digagas 黑料不打烊 Pertamina Internasional EP (PIEP) melalui inisiatif seperti Kakak Asuh dan Difabel in Action. Di sana, Daffa mendapat ruang belajar dan diterima sepenuhnya.

“Program ini membuat kami merasa tidak sendirian. Ada yang peduli dan mendorong inklusivitas secara nyata,” kata Irna.

Sebagai orang tua, Irna menyadari keterbatasan usia dan masa depan yang tak bisa diprediksi. “Kami tidak akan selalu mendampingi Daffa. Maka tugas kami sekarang adalah mempersiapkannya agar kelak bisa mandiri,” ujarnya haru.

Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini mengangkat tema “Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua.” Bagi Irna, tema itu bukan hanya slogan, melainkan panggilan untuk membangun sistem pendidikan yang benar-benar terbuka bagi semua anak.

Manager Relations PIEP, Dhaneswari Retnowardhani, mengatakan bahwa kisah Irna dan Daffa adalah pengingat akan pentingnya kolaborasi untuk mewujudkan pendidikan inklusif. “Ketika satu anak istimewa diberi ruang untuk berkembang, itu bukan hanya perubahan bagi keluarganya, tetapi juga untuk bangsa. Inilah langkah kecil menuju Inclusive Futures,” ujarnya.

Kisah Irna dan Daffa menjadi gema harapan bahwa setiap anak Indonesia, apapun kondisinya, berhak belajar, tumbuh, dan bermimpi tanpa batas. Hari Pendidikan Nasional pun menjadi momen untuk melangitkan asa menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkeadilan.*SHU-PIEP

Share this post