LEMBATA, NUSA TENGGARA TIMUR - Kepedulian Pertamina terhadap pelestarian budaya bangsa tidak perlu diragukan. Salah satu bentuk kepedulian tersebut terlihat di Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Anak-anak dari empat sekolah di Desa Lamalera, yakni SD Inpres Lamalera, SDK Lamalera, SMP APPIS Lamalera, dan SMKN 1 Lamalera, mendapatkan kesempatan untuk mengikuti sekolah adat. Mereka mempelajari budaya leluhur, lagu tradisional dan sastra Lamalera, cara melestarikan alam, hingga pemanfaatan energi bersih dengan menggunakan buku saku dan modul panduan yang diinisiasi oleh Pertamina melalui Pertamina Foundation bekerja sama dengan LSM Barakat, Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, dan BenihBaik.com
Untuk menunjang aktivitas sekolah adat, dibangun Ruang Kolaborasi yang juga digunakan sebagai museum, perpustakaan, dan ruang belajar. Direktur Operasi Pertamina Foundation, Yulius S. Bulo berharap sekolah adat mampu menjadi bekal masyarakat untuk mewujudkan masa depan yang berkelanjutan tanpa melupakan budaya leluhur.
“Masyarakat adat Lamalera dikenal karena kebudayaan mereka yang kaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang kuat. Di tengah arus modernisasi yang pesat, keberlangsungan budaya ini menghadapi tantangan yang serius, terutama di kalangan generasi muda. Buku saku dan modul ini disusun untuk menjawab kebutuhan akan panduan praktis yang dapat membantu para fasilitator dalam menjaga agar nilai-nilai budaya ini tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman,” ujar Bulo, Rabu, 19 Maret 2025.
“Ruang Kolaborasi yang digunakan sebagai tempat belajar mereka juga akan dialiri dengan Pembangkitb Listrik Tenaga Surya (PLTS) sehingga mereka bisa belajar sekaligus merasakan langsung manfaat dari energi baru terbarukan,” tambahnya.
Di samping sekolah adat, masyarakat juga ikut serta dalam kegiatan pelestarian alam melalui penanaman 6.280 bibit pohon produktif, seperti malapari, sirsak, jambu, mahoni, beringin, jambu, sengon, dan merbau. Penanaman bibit pohon ini dilakukan di ruang publik, seperti sekolah, pastoran, dan kantor desa. Sementara untuk kelestarian lautnya, mereka mengikuti pelatihan pembuatan bioreeftek 700 terumbu karang buatan di Gua Lamaliang.
Mendorong pendapatan masyarakat, ibu-ibu dari sejumlah desa di Lembata juga dilatih untuk ‘menyulap’ sisa-sisa kain tenun menjadi produk-produk bernilai ekonomis tinggi, seperti tas, topi, sandal, dompet, jepit rambut, manik-manik, dan kalung. Ibu-ibu tersebut berasal dari Desa Dulitukan, Bour, Ria Bao, Pasir Putih, Labalimut, dan Tapobali, Lelata, Kelurahan Lewoleba Barat, Kelurahan Selandoro, dan Kelurahan Lewoleba.
Mama Iche, salah satu penerima manfaat pada pelatihan kain perca dari tenun mengaku telah mendapatkan pendapatan rutin dari hasil pelatihan pemanfaatan kain perca dari tenun.
“Awalnya pendapatan saya sekitar 1-2 juta per bulan, tapi berkat pelatihan yang diberikan, produk saya semakin beragam bentuknya dan menarik para wisatawan sehingga kini pendapatan saya bisa mencapai 4-5 juta per bulan,” ujar Mama Iche.
Selain kerajinan tenun, mereka juga diberikan dua unit solar dryer untuk pembuatan sei ikan sekaligus diajarkan teknik pengeringan, pembuatan kemasan, hingga pengelolaan keuangan hasil penjualan sei ikan. Dengan ekonomi alternatif ini, potensi keuntungan yang mereka dapat senilai 5 juta rupiah per bulan. Bulo mengatakan, program pemberdayaan ini bertujuan untuk menghadirkan ekonomi alternatif demi kemandirian masyarakat.
“Lewat program Knato Lau Lewa, kami tidak hanya menghadirkan perubahan secara bangunan fisik tetapi menciptakan kemandirian masyarakat melalui penciptaan ekonomi alternatif dan pemanfaatan energi bersih. Harapannya program ini memberikan manfaat yang berkelanjutan bukan hanya bagi perorangan namun juga masyarakat desa Lembata sehingga desa berbasis adat di Indonesia tetap bertahan dan terus berkembang,” tutup Bulo.
Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini selaras dengan Asta Cita serta mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan atau Sustainability Development Goals (SDG’s) tujuan 4, pendidikan berkualitas dan tujuan 8, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi serta mendukung implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG).*PF